Diberdayakan oleh Blogger.
Arsip News
Selasa, 27 November 2012
Industri Kreatif Tidak Tergantung Perbankan
JAKARTA (Suara Karya): Pendanaan untuk permodalan dari perbankan bukan segalanya bagi pelaku industri kreatif. Selama ini banyak pelaku industri kreatif sukses menjalankan usahanya tanpa pendanaan dari perbankan dan lebih memanfaatkan kerja sama dan kepercayaan.
"Semua pemula memulai usahanya dari tingkat yang paling efisien. Kami tidak kemudian langsung berpikir untuk meminjam modal dari bank. Saya memulai usaha dari kamar kos," kata Founder dan CEO Kreavi Benny Fajarai pada diskusi Forum Permodalan Industri Kreatif yang diselenggarakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di Jakarta, Kamis (22/11).
Benny, yang memulai usaha secara online (melalui internet) terkait jaringan dan pemasaran ini, mengatakan, pelaku industri kreatif lebih memanfaatkan kerja sama dengan investor. Opsi ini memiliki banyak kelebihan, terutama dari sisi adanya pendampingan atau pembinaan. Meski demikian, tidak menutup kemungkinan jika usaha pelaku industri kreatif berjalan stabil, maka perlu mengakses pendanaan dari lembaga keuangan formal, seperti perbankan.
Hal yang sama juga dikatakan Co-Founder and CEO Valadoo! Jaka Wiradisuria. Pengelola situs Valadoo! yang memasarkan destinasi pariwisata secara online ini berpendapat, mengakses fasilitas perbankan hanya terkait uang semata. Padahal pebisnis pemula memerlukan berbagi pengalaman dari industri atau pelaku terdahulu.
Sementara itu, Managing Director Marketing Group PJ Rahmat Susanta mengatakan, harus ada upaya pemerintah untuk meningkatkan pemahaman perbankan terhadap sektor industri kreatif. Di sisi lain, pelaku industri kreatif juga harus memiliki kepekaan terhadap pasar dan mampu meyakinkan lembaga keuangan. Perbankan juga harus mulai meningkatkan pemahamannya terhadap industri kreatif.
Menurut dia, selama ini terjadi kesenjangan antara pelaku industri kreatif dengan lembaga pembiayaan formal. Padahal kerap karya-karya baru yang sukses biasanya berawal dari pelaku-pelaku industri kreatif tersebut. Permasalahan ini seharusnya menjadi perhatian khusus bagi para investor dan penyandang dana.
"Lembaga keuangan formal umumnya memfasilitasi usaha berdasarkan kepastian usaha, sementara dunia kreatif selalu mencari hal baru yang tingkat kepastian suksesnya sulit untuk diukur. Seperti misalnya, siapa yang dapat memprediksi film selanjutnya akan mendulang kesuksesan secara komersial. Siapa yang dapat dengan yakin memprediksi suatu lagu atau novel akan menjadi hits," katanya.
Secara terpisah, kewirausahaan dari usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) perlu didorong sebagai bisnis/usaha yang memberikan manfaat untuk memberdayakan masyarakat. Demikian disampaikan dosen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan Fisipol UGM Hempry Suyatna dalam perbincangan bertema "Tantangan Menjadi Wirausaha Sosial lewat UMKM" di Kampus UGM Yogyakarta, Kamis (22/11). (Sadono/B Sugiharto)
sumber : http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=315856
Pilih Bahasa
Ad Info
-
Cat di dinding memang akan terasa monoton bila warnanya itu-itu saja apalagi pada kamar anak-anak biasanya mereka ingin gambar tokoh kart...
-
Berikut beberapa tips dan ide untuk membuat design undangan pernikahan yang terbaik untuk membantu anda dalam cetak undangan nikah ada ba...
-
image mug) bisa membuat sebuah hadiah atau pesta menjadi lebih fantastis. Meskipun Anda dapat saja membeli mug bergambar melalui banyak tok...
-
Industri kreatif saat ini telah menjadi salah satu sorotan dalam pembangunan di Indonesia. Dengan semakin meningkatnya sumber daya manusia,...
-
Pengalaman bekerja di perusahaan keramik menginspirasi Muhammad Sofwan mendirikan usaha pembuatan mug berbahan keramik. Beda dari produse...
-
Mungkin sebagian dari Anda belum mengetahui apa pengertian dari digital printing. Artikel ini menjelaskan secara umum tentang pengertian ...
-
Adu Karya Karakter Indonesia (sumber AKKI) Bertujuan mengembangkan kreativitas anak bangsa di 5 kota di Indonesia. Kementerian Pariwi...